Rintik Bertalu, Menunda Inginku



Rinai gelisah menggeliat pasrah
Cemas membungkus asa yang merayap pasti
Duduk tertahan raga yang penat
Menanti inginnya yang dihadang tunda
Titik embun menetes sembunyi di rumput liar
Rintik hujan nan melebat turut hadir membasah tanah
Hati pun menggeliat dan penuh tanya
“Akankah hujan menutup asa sebuah raga pada peraduannya?”
Lamat jemari beradu menuang rasa
Menanti titik air itu berhenti menari di udara
Dengan rangkaian melodi yang mengalun lembut
Kan nyamankan bahu yang menggugu dan mata yang sayu
Yang telah terjaga semalam lalu
Langkah kaki pun seakan mati rasa
Ia memilih meringkuk di bawah meja
“Biar hangat menjalar, karena aku tahu dingin dan basah akan menerpaku di luar sana”
desaunya manja
Bukan bibir yang tak pandai mengucap syukur pada Illahi
Pun bukan hati yang tak terima jalan kehendakNya
Aku hanya berharap hujan kan terhenti sekejap saja
Biar kumiliki kesempatan tuk melaju pada pintu rumahku
Kuberharap mentari segera menggurat di ufuk timur
Dan panasnya kan uapkan hujan itu
Hingga ku bisa lampaui bukit sepi di Gamping ini.
+++++++++
Kantor tercinta, BMKG Jogjakarta
- di tengah senandung harap agar hujan mau berhenti sekejap saja-

Sumber : sastralangit.wordpress.com

0 komentar: