Sekuntum Rosela Pelipur Lara

Bagi Imam Samudra, diasingkan adalah hijrah, penjara adalah uzlah, dan hukuman mati adalah peluang menuju syahid. Artinya, tidak ada kata berhenti untuk jihad dan berjuang menegakkan Islam.

Dari Istana Uzlah Nusakambangan, Imam Samudra masih sempat membuat catatan & renungan membahas masalah fundamental dalam Islam, seperti takfir, salafy, khawarij, dan irja’ sekaligus membantah dan meluruskan syubhat yang dituduhkan kepada dirinya. Lugas, terkadang jenaka, namun tetap kritis.

Imam Samudra telah dieksekusi mati sebagai resiko puncak perjaungan yang dilakukannya. Namun dirinyatetap yakin bahwa kebenaran tidak akan pernah mati bersama kematian para pemikul kebenaran tersebut. Karen mujahidin yang syahid sejatinya tidaklah ’mati’ dan jihad tidak akan pernah berhenti bahkan akan terus berlangsung hingga hari kiamat.

Inilah, ”Sekuntum Rosela Pelipu Lara”, yang meruapakn catatan & renungan Imam Samudra selama berada di Nusakambangan. Ditulis dalam keterbatasan di balik jeruji besi tanpa kehilangan kekuatan referensi. Sebuah furqon (pembeda) antara yang Haq dan yang Bathil. Sebuah rujukan bagi yang ingin menyelami pemikiran dan keyakinan perjuangan tiada henti seorang Imam Samudra.

Klik disini

0 komentar: