Tata Cara Shalat Rasulullah SAW 4

QIRO'AT (BACAAN)
Setelah selesai membaca do'a iftitah maka Rosulullooh s.a.w. memohon perlindungan kepada Allah SWT dengan ucapannya: A'udzu billaahi minasy-syaithoonir-rojiimi min hamzihi wanaf-khihi wanaf-tsihi.(Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, dari kegilaannya,
kesombongannya dan sya'irnya*. (Abu Dawud, Ibnu Majah, Daroqutni dan Hakim, disahihkan oleh Hakim, Ibnu Hiban dan Adz-Dzahabi).
* naf-tsun ditafsirkan oleh rawi dengan Asy-Syi'ru yaitu syi'ir. Yang dimaksud dengan syi'ir disini yaitu syi'ir yang tercela dengan dalil bahwa Rosulullooh s.a.w. bersabda, "Sesungguhnya di antara syi'ir itu ada hikmah. (Bukhori).
Kadangkala beliau s.a.w. menambahkan dengan sabdanya: A'udzu billaahis-samii'il-'aliimi minasy-syaithoonir-rojiimi min hamzihi wanaf-khihi wanaf-tsihi. (Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk, dari kegilaannya, kesombongannya dan sya'irnya. (Abu Dawud dan Turmudzi --->hasan).
Allah berfirman dalam surat 16 (An-Nahl): 98-100: Apabila kamu (akan) membaca al-Qur'an, hendaklah kamu (baca: A'udzu billaahi minasy-syaithoonir-rojiimi) meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasannya atas
orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabbnya. Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan)
hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.
Sebagai catatan tambahan mengenai pengertian "A'udzu billaahi minasy-syaithoonir-rojiim" yakni, aku berlindung dengan kebesaran Allah dari setan yang terkutuk, jangan sampai merusak , mengganggu ummatku, duniaku, jangan sampai menghalangi atau merintangi diriku untuk mengerjakan perintah Allah atau mendorongku mengerjakan larangan Allah, sebab tiada sesuatu yang dapat menghentikan gangguan syaithan kecuali Allah.
Syaithon berasal dari kata SYAITHONA yang berarti jauh, jauh tabiatnya dari tabiat manusia,
kelakuannya jauh dari kebaikan. Adapula yang menyatakan bahwa asal katanya adalah Syaatho yang artinya terbakar, sebab ia diciptakan dari api yang sifatnya membakar. Sibawaih mengatakan bahwa di arab, apabila seseorang berkelakuan buruk maka ia digelari TASYAITHONA.
Oleh karena dapat disimpulkan bahwa syaithon berasal dari kata Syaithona. Dan Allah SWT menyebut setiap makhluk yang menentang dan melanggar tuntunan para NabiNya, setan, sebagaimana firmannya: Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Robmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkan mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS. 6 (Al-An'aam):112).
Dan hadiest Rosulullooh s.a.w.: bahwa Rosulullooh s.a.w. memperingatkan Abu Dzar r.a. Berlindunglah kepada Allah dari setan manusia dan jin. Abu Dzar bertanya: "Apakah ada setan manusia? Jawab Nabi s.a.w. YA!! (Ahmad).
Arti kata ROJIIM ialah terusir dari segala kebaikan, terkutuk. (Demikianlah catatan tambahan ini dari Tafsir Ibnu Katsiir).
MEMBACA BASMALAH
Kemudian beliau s.a.w. membaca basmalah: Bismillaahir-rohmaanir-rohiim (= dengan asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) dengan tidak bersuara. (Bukhori, Muslim, Abu 'Uwanah, Ath-Thohawi dan Ahmad). Anas r.a. berkata: saya sholat dibelakang Nabi s.a.w., Abu Bakar, Umar, Utsman dan mereka semuanya memulai bacaannya (bersuara) dengan Alhamdu lillaahi robbil 'aalamiin. (Bukhori dan Muslim).
Aisyah r.a. berkata : "Biasa Rosulullooh s.a.w. memulai sholat dengan takbir dan bacaannya (bersuara) dengan Alhamdu lillaahi robbil 'aalamiin. (Muslim).
Bismillaahir-rohmaanir-rohiim, ini juga dibaca untuk memulai setiap aktifitas, contohnya sebelum makan, Nabi s.a.w. berkata kepada Umar bin Abi Salamah : "Bacalah BISMILLAH, dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari yang dekat-dekat kepadamu. (Muslim).
Juga bilamana akan melakukan hubungan suami istri (jima'/bersetubuh); diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rosulullooh s.a.w. bersabda: Jika salah satu kamu akan jima' (bersetubuh) dengan istrinya bacalah: BISMILLAAHI ALLOOHUMMA JANNIB-NASY-SYAITHOONA WAJAN-NIBISY-SYAITHOONA
MAA ROZAQ-TANAA (Dengan nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari syaithon, dan jauhkan setan dari rezeki yang (Engkau) berikan kepada kami. Maka jika ditakdirkan mendapat anak dari jima' tersebut, ia tidak mudah diganggu oleh syaithon selamanya. (Bukhori dan Muslim).
Bismillaah= dengan nama Allah.
Susunan kalimat yang seperti ini dalam bahasa Arab berarti ada susunan kata-kata yang mendahuluinya yaitu : Aku mulai perbuatan ini dengan nama Allah, atau : permulaan dalam perbuatanku ini dengan nama Allah, mudah-mudahan memperoleh berkat dan rahmat pertolongan Allah sehingga dapat selesai dengan sempurna dan baik. Juga untuk menyadari kembali sebagai
makhluk Allah, bahwa segala sesuatu tergantung kepada rahmat dan karunia
Allah SWT. Hidup, mati dan semua daya upayanya semata-mata terserah kepada rahmat karunia Allah Azza wa Jalla.
ALLAH, nama Dzat ALLAH TA'ALA,
karena itu disebut Ismul A'dzam =(nama yang terbesar). Sebab nama Allah menghimpun semua sifat, contohnya surat Al-Hasyr 22, 23,24
(22) Dia-lah Allah Yang tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
(23) Dia-lah Allah Yang tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci,
Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan,Yang Maha Memelihara,Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan,Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan.
(24) Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih Kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Nama Allah, khusus bagi Allah, tidak dinamakan pada lainNya, karena ia kata baku yang bukan pecahan dari kata lain, demikian keterangan Al-Qurthubi dan beberapa ulama yaitu: Syafii, Ghazali dan Imamul Haramain.
Ar-Rohmaan dan Ar-Rohiim, adalah dua kata pecahan dari Rohmat untuk menyebut kelebihan, dan kata Rohman lebih luas dari Rohim. Abdurrahman bin Auaf r.a. berkata, ia mendengar Rosulullooh s.a.w. bersabda, Allah berfirman : Aku bernama Ar-Rohmaan, Aku yang menjadikan Rohim (kekerabatan/kasih-sayang). Aku pecahkan ia dari namaKu, maka siapa yang menghubungi rahim Aku hubungi, dan siapa yang memutuskan rahim Aku putuskan. (At-Tirmidzi).
Ibnu Katsiir mengatakan bahwa bangsa arab tidak menggunakan kata Ar-Rohman karena mereka belum mengenal Allah. Dan bentuk Rohman tidak dapat disamakan dengan Rohim. Maka bentuk Rohman yakni yang penuh rahmatNya kepada semua makhluk di dunia hingga di akhirat, kepada yang mu'min maupun yang kafir. Adapun Rohim khusus buat orang-orang mu'min. Sebagaimana Allah SWT menggambarkan salah satu sifat Rasulullooh s.a.w. dalam firmanNYA: Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, (bil-mu'minunna ro'uufurRohiim) amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min. (QS. 9:128).
MEMBACA AYAT DEMI AYAT
Kemudian Rosulullooh s.a.w. membaca al-fatihah dan memotongnya ayat- demi ayat. Demikianlah seterusnya hingga akhir surat. Dan begitulah bacaan Nabi itu seluruhnya, yakni berhenti pada tiap-tiap akhir ayat dan tidak menyambungkannya dengan ayat berikutnya. (Abu Dawud dan As-Sahni, disahihkan oleh Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi)
Catatan pada ayat:
MAAliki yaumid-diin (yang menguasai hari pembalasan); kadangkala beliau s.a.w. membacanya MAliki yaumid-diin (Raja hari pembalasan). (Tamam Ar-Rozi, Abu Dawud, Abu Na'im dan Al-Hakim serta disahihkan oleh Adz-Dzahabi). Kedua qiro'at ini mutawatir yaitu maaliki & maliki.
Tentang kedudukan surat Al-Fatihah ini Rosulullooh s.a.w. bersabda: tidak sah sholat orang yang tidak membaca [di dalam sholatnya] Al-fatihah.(Bukhori, Muslim, Abu 'Uwanah dan Baihaqi).
Tidak akan diberi pahala sholat orang yang tidak membaca Al-fatihah didalamnya. (Daroqutni disahihkan olehnya; dan Ibnu Hiban disahihkan olehnya).
Barangsiapa yang melakukan suatu sholat yang di dalamnya ia tidak membaca Al-Fatihah, maka sholat itu kurang, sholat itu kurang, sholat itu kurang, tidak sempurna. (Muslim dan Abu 'Uwanah).
Belum pernah Allah Yang Maha perkasa lagi Maha Mulia menurunkan di dalam Al-Tauroh dan tidak pula di dalam al-Injil semacam Ummul-Qur'an, yaitu As-Sab'ul-ma-tsaanii*, dan al-quranul'azhiim yang diberikan kepadaku. (Nasa'i dan Hakim serta disahihkan oleh Adz-Dzahabi)
Hadiest yang mirip dengan hadiest ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad; dan juga oleh Tirmidzi (tafsir Ibnu Katsiir tentang Al-Fatihah).
*) yang dimaksud ini adalah QS.15: 87: Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan al-Qur'an yang agung. Beliau s.a.w. bersabda : Allah yang bertambah-tambah berkahNya dan ketinggianNya berfirman, Sholat (Al-Fatihah) itu dibagi antara Aku dan hambaKu separuh-separuh: separuh untukKu dan separuh lainnya bagi hambaKu,
dan hambaKu mendapatkan apa yang ia mohonkan.
Rosulullooh s.a.w. bersabda "Iqro-uu"=bacalah!. Hamba (Allah) berkata, "SEGALA PUJI BAGI ALLAH ROBB SEKALIAN ALAM" Allah berfirman "HAMBAKU TELAH MEMUJIKU". Hamba berkata: YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG, Allah berfirman, HAMBAKU TELAH MEMUJAKU. Hamba berkata, YANG MENGUASAI HARI PEMBALASAN (RAJA DI HARI PEMBALASAN), Allah berfirman, HAMBAKU TELAH MEMULIAKAN AKU. Hamba berkata, HANYA KEPADAMU-LAH KAMI BERIBADAH DAN HANYA KEPADAMU-LAH KAMI MEMOHON PERTOLONGAN. Allah berfirman, INI ADALAH ANTARA AKU DAN HAMBAKU, DAN BAGI HAMBAKU ADALAH APA YANG DIMOHONNYA. Hamba berkata, TUNJUKILAH KAMI JALAN YANG LURUS,(YAITU) JALAN ORANG-ORANG
YANG TELAH ENGKAU ANUGERAHKAN NI'MAT KEPADA MEREKA; BUKAN JALAN MEREKA YANG DIMURKAI DAN BUKAN PULA JALAN MEREKA YANG SESAT. Allah berfirman, SEMUA ITU ADALAH BAGI HAMBAKU DAN BAGI HAMBAKU ADALAH APA YANG DIMOHONNYA. (Muslim, Abu 'Uwanah dan Malik).
Walaupun dalam tayangan yang lalu banyak hadiest-hadiest yang menggambarkan keharusan membaca Al-Fatihah di dalam sholat, ternyata dalam hal ini ada pengecualiannya bagi yang belum sanggup atau tidak bisa menghafalnya. Kepada orang yang belum/tidak bisa menghafalkan diperintahkan :
Qul (katakanlah): Sub-haanalloohi (Maha Suci Allah), wal-hamdu lillaahi (dan Segala Puji bagi Allah), Wa Laa ilaaha illalloohu (dan Tidak ada ilah selain Allah), Walloohu akbar (dan Allah Maha Besar), wa Laa haw-la walaa quw-wata illaa billaah (dan tidak ada daya dan tidak ada kekuatan selain Allah). (Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah; Hakim, Thobroni dan Ibnu Hibban, disahihkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi). Dan beliau s.a.w. bersabda kepada orang yang sholatnya belum baik: Sekiranya ada pada kamu bacaan (Al-Qur'an yang terhafal), maka bacalah ia, dan kalaupun tidak, maka pujilah ALLAH, besarkanlah DIA dan bertahlillah. (Abu Dawud dan Turmidzi yang dihasankan olehnya. Kata Al-Albani sanadnya sahih.(Lihat sahih Abu Dawud 807).